Kamis, 07 Juni 2012

Michael Mols

Nama Lengkap : Michael Alexander Mols

Lahir : Amsterdam, 17 Desember 1970

Posisi : Penyerang

Tinggi/ Berat : 178 cm/

Klub junior :
Geuzenveld
Eendracht ‘82
Blauw Wit
1984-1990 Ajax Amsterdam

Karir klub :
1991/92 Cambuur Leeuwarden/Eerstedivisie (24 main/ 5 gol)
1992/93 Cambuur Leeuwarden/Eredivisie (19 main/ 8 gol)
1992/93 FC Twente/ Eredivisie (16 main/ 5 gol)
1993/94 FC Twente/ Eredivisie (26 main/ 8 gol)
1994/95 FC Twente/ Eredivisie (34 main/ 11 gol)
1995/96 FC Twente/ Eredivisie (31 main/ 2 gol)
1996/97 FC Utrecht/Eredivisie (31 main/ 13 gol)
1997/98 FC Utrecht/Eredivisie (32 main/ 16 gol)
1998/99 FC Utrecht/Eredivisie (31 main/ 20 gol)
1999/00 Glasgow Rangers/ Scotland (9 main/ 9 gol)
2000/01 Glasgow Rangers/ Scotland (13 main/ 5 gol)
2001/02 Glasgow Rangers/ Scotland (14 main/ 2 gol)
2002/03 Glasgow Rangers/ Scotland (27 main/ 13 gol)
2003/04 Glasgow Rangers/ Scotland (35 main/ 9 gol)
2004/05 FC Utrecht/Eredivisie (14 main/ 1 gol)
2005/06 ADO Den Haag/Eredivisie (29 main/ 3 gol)
2006/07 ADO Den Haag/Eredivisie (31 main/ 5 gol)
2007/08 Feyenoord/Eredivisie (22 main/ 2 gol)
2008/09 Feyenoord/Eredivisie (18 main/ 2 gol)

Gelar pribadi :
- Pemain Terbaik Belanda 1999


Wawancara Michael Mols :
1 Goal.com Indonesia

EKSKLUSIF - Michael Mols: Sepakbola Indonesia Berada Dalam Masalah Besar
Pria berdarah Belanda-Indonesia ini turut prihatin dengan kondisi sepakbola Indonesia.

27 Mei 2012 05:52:00
Henry AA & Bima Said

Dari beberapa pemain yang berlaga di EPL Masters di Jakarta, nama Mols mungkin terdengar kurang akrab bagi penyuka liga Inggris. Pria kelahiran 41 tahun lalu ini memang tidak bermain di Liga Primer Inggris, tapi ia cukup dekat dengan sepakbola Inggris karena pernah memperkuat Rangers.

Mantan pemain tim nasional Belanda yang pernah memperkuat Ajax, Twente dan Feyenoord ini juga cukup dekat dengan Indonesia. Kepada GOAL.com Indonesia, Mols mengungkapkan darah Indonesianya, pendapatnya tentang peluang Belanda di Euro 2012 serta situasi klub-klub yang pernah diperkuatnya.







"Kalau tidak salah, ayah saya dilahirkan di Jakarta, dan ibu saya berasal dari Semarang, tapi saya tidak begitu yakin, ha-ha-ha. Saya tidak tahu banyak tentang Indonesia," ucapnya ramah.

"Kami tidak bisa melihat tentang sepakbola Indonesia dari Belanda, tapi saya mengetahui sedikit tentang masalah yang terjadi dalam sepakbola Indonesia. Ini masalah besar yang buruk dan berantakan. Indonesia memerlukan satu liga saja di bawah satu struktur."

Mengenai peluang Belanda di Piala Eropa, Mols tentunya mendukung Belanda, tapi uniknya ia justru meyakini rival utama negaranya yaitu Jerman, yang lebih berpeluang menjadi juara.

"Ada beberapa tim unggulan. Ini kompetisi yang kuat. Hati saya menginginkan Belanda juara, tapi pikiran saya mengatakan Jerman. Karena mereka tim yang masih muda dengan kualitas sangat baik, dan mereka begitu berhasrat, haus untuk meraih prestasi," ujarnya.

"Belanda bukannya kehilangan sesuatu, tapi lebih mudah untuk menuju ke puncak, daripada bertahan di puncak. Mereka sudah bermain baik di Piala Dunia dan kini harapan terhadap mereka sangat tinggi, sehingga sulit bagi mereka untuk menjawab harapan tersebut."

"Skuat Belanda sudah bagus, jadi itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah mentalitas pemain. Saya berharap saya salah dan mereka bisa tampil baik, tapi mereka dalam grup yang sulit."

Setelah pensiun, Mols tidak tertarik untuk menjadi pelatih. Tidak, saya tidak pernah berpikir untuk karier menangani klub sepakbola. Itulah satu-satunya yang tidak saya inginkan, melatih," tukasnya.

"Saya masih mencari apa yang terbaik untuk dilakukan dalam hidup ini, tapi sejauh ini saya menikmati hidup, dan saya bisa melakukan hal seperti ini, bermain di EPL Masters. Tadinya Thailand dan sekarang Indonesia."

Mols juga ikut prihatin dengan kondisi Rangers yang sedang mengalami krisis finansial dan berada di ambang kebangkrutan

"Saya merasa sakit hati. Situasi mereka sangat sulit. Saya tidak bisa membayangkan Rangers bankrut. Klub ini terlalu besar untuk hal seperti itu. Mudah-mudahan masalah mereka bisa diatasi. Kita lihat saja nanti tapi saya optimistis terhadap masa depan mereka."

Pemain yang mencetak 139 gol dalam 455 pertandingan liga sepanjang karirnya ini tak ketinggalan mengomentari performa Ajax dan Feyenoord di musim ini.

"Mereka (Ajax) bermain sangat baik untuk meraih gelar juara Eredivisie. Musim yang sulit telah dilalui, dengan masalah manajemen, masalah Johan Cruyff, jadi bukan situasi ideal bagi staf dan pemain. Kompetisi yang aneh tapi pada akhirnya mereka mampu juara."

"Mengenai Feyenoord,  ya, mereka juga secara mengejutkan tampil baik. Saya tidak menyangka. Musim lalu mereka buruk, semuanya pemain-pemain muda tapi buruk. Itulah sepakbola, tak dapat diprediksi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar